Organisasi badan usaha dan teori produksi jangka pendek (satu input variabel)
Badan usaha adalah organisasi yang dibentuk untuk melakukan aktifitas bisnis, pekerjaan amal atau penjualan produk dan jasa. Badan usaha dibentuk sesuai dengan hukum pembentukan perusahaan. Badan usaha bisa berbentuk ke struktur bisnisnya.
Jenis-Jenis Badan Usaha :
1. Kepemilikan tunggal adalah badan usaha yang dimiliki oleh individu atau satu keluarga.
2. Kemitraan adalah badan usaha yang dimiliki lebih dari satu orang. Ada 2 jenis mitra, mitra umum adalah pemilik yang mengelola dan bertanggung jawab atas bisnis. Mitra khusus adalah investor.
3. Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi. Perusahaan memisahkan antara harta pribadi dan bisnis.
4. Perseroan terbatas adalah badan hukum yang menjalankan bisnis yang modalnya dari saham beberapa individu. Badan hukum ini adalah penggabungan karakteristik dari perusahaan, kemitraan dan kepemilikan tunggal.
Dalam ekonomi, ketika menganalisis kegiatan perusahaan yang memproduksikan barang dan jasa untuk memenuhi permintaan yang wujud di pasar, berbagai perbedaan tersebut tidak diperhatikan. Dalam teori ekonomi, berbagai jenis perusahaan dipandang se-bagai unit badan usaha yang memiliki tujuan yang sama, yaitu mencapai ke-untungan yang maksimum. Untuk tujuan tersebut, maka dijalankan usaha yang bersamaan, yaitu mengatur penggunaan faktor-faktor produksi dengan cara yang seefisien mungkin sehingga usaha memaksimumkan keuntungan dapat dicapai dengan cara yang dari sudut ekonomi dipandang sebagai cara yang paling efisien.
Dalam teori ekonomi, pemisalan terpenting dalam menganalisis kegiatan perusahaan adalah “Mereka akan melakukan kegiatan memproduksi samapi ke-pada tingkat dimana keuntungan mereka mencapai jumlah yang maksimum”. Dalam prakteknya, hal tersebut bukanlah satu-satunya tujuan perusahaan. Ada perusahaan yang menekankan volume penjualan dan ada pula yang menekankan kepada usaha untuk mengabdi kepentingan masyarakat dan kurang memperhatikan tujuan mencari keuntungan yang maksimum. Tetapi disamping menyadari kenyataan tersebut, perlu juga di ingat bahwa sebagian besar perusahaan, tujuan memaksimumkan keuntungan adalah yang paling penting. Keuntungan atau kerugian adalah perbedaan hasil penjualan dan biaya produksi. Keuntungan diperoleh apabila hasil penjualan melebihi dari biaya produksi dan sebaliknya. Keuntungan maksimum dicapai apabila perbedaan di antara hasil penjualan dan biaya produksi mencapai tingkat yang paling besar. Faktor-faktor apa yang menentukan besarnya keuntungan maksimum yang akan dicapai. Hubungan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan disebut fungsi produksi. Di dalam teori ekonomi, faktor tersebut dibagi menjadi empat golongan, yaitu tenaga kerja yang dipandang sebagai faktor yang berubah-ubah jumlahnya; dan tanah, modal serta keahlian keusahawan sebagai faktor yang tetap jumlahnya. Dengan demikian, dalam menggambarkan hubungan antara faktor produksi yang digunakan dan tingkat produksi yang dicapai adalah hubungan antara jumlah tenaga kerja yang digunakan dengan jumlah produksi yang dicapai.
Dalam menentukan komposisi faktor produksi yang akan diminimumkan biaya produksinya, produsen selalu memperhatikan besarnya pembayaran kepada faktor produksi tambahan yang akan digunakan dan besarnya pertambahan hasil penjualan yang diwujudkan oleh faktor produksi tersebut. Prinsip yang harus dipegang oleh produsen adalah “mengambil unit tambahan faktor produksi yang biaya per rupiahnya akan menghasilkan tambahan nilai penjualan yang paling maksimum”.
Dalam teori ekonomi, jangka waktu analisis dibedakan menjadi dua, yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Dikatakan jangka pendek apabila sebagian dari faktor produksi dianggap tetap jumlahnya. Sedangkan dikatakan jangka panjang apabila semua faktor produksi dapat mengalami perubahan. Satu hal penting lain yang perlu dibahas sebelum membahas teori produksi adalah perbedaan diantara pengertian firma (perusahaan) dan industri. Dalam teori ekonomi, firma atau perusahaan adalah suatu badan usaha yang menggunakan faktor produksi untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan masyarakat. Sedangkan industri dalam teori ekonomi adalah kumpulan firma-firma yang menghasilkan barang yang sama atau sangat bersamaan yang terdapat dalam suatu pasar.
TEORI PRODUKSI JANGKA PENDEK (SATU INPUT VARIABEL)
Sebenarnya sangat jarang bahkan tidak ada proses produksi yang hanya menggunakan satu factor produksi variable. Pengertian produksi dengan satu factor produksi variable adalah pengertian analisis jangka pendek, dimana ada factor produksi yang tidak dapat diubah. Ketika mencoba memahami proses alokasi factor produksi oleh perusahaan, ekonom membagi factor produksi menjadi barang modal (capital) dan tenaga kerja (labour). Hubungan matematis penggunaan factor produksi yang menghasilkan output maksimum disebut fungsi produksi.
Q = f(K, L)
Dimana :
Q = Tingkat produksi (output)
K = barang modal
L = tenaga kerja/ buruh
Dalam model produksi satu factor produksi variable, barang modal dianggap factor produksi tetap. Keputusan produksi ditentukan berdasarkan alokasi efisiensi tenaga kerja.
a. Produksi Total , Produksi Marjinal dan Produksi Rata-rata
Produksi total (Total Product) adalah banyaknya produksi yang dihasilkan dari penggunaan total factor produksi. Produksi Marjinal (Marginal Product) adalah tambahan produksi karena penambahan penggunaan satu unit factor produksi. Produksi rata-rata (Average Product) adalah rata-rata output yang dihasilkan per unit factor produksi.
Produksi Total :
TP = f(K, L)
Dimana:
TP = produksi total
K = barang modal (yang dianggap konstan)
L = tenaga kerja/ buruh
Secara matematis, TP akan maksimum apabila turunan pertama dari fungsi nilainya sama dengan nol. Turunan pertama TP adalah MP, maka TP maksimum pada saat MP sama dengan nol.
Produksi Marjinal :
Dimana:
MP = produksi marjinal
Perusahaan dapat terus menambah tenaga kerja selama MP> 0. Jika MP sudah < o, penambahan tenaga kerja justru mengurangi produksi total. Penurunan nilai MP merupakan indikasi telah terjadinya hukum Pertambahan Hasil Yang Semakin Menurun atau the law of Diminishing Return (LDR).
Hukum ini mengatakan bahwa bila satu macam input ditambah penggunaannya sedang input-input lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula menaik, tetapi kemudian seterusnya menurun bila input tersebut terus ditambah.
Produksi Rata-rata :
Dimana:
AP = Produksi rata rata
AP maksimum tercapai pada saat AP = MP dan MP akan memotong AP pada saat nilai AP maksimum.
Contoh kasus
usaha tekstil tradisional yang menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin ) berikut ini akan memperjelas lagi.
Produksi Total, Produksi Marjinal dan Produksi Rata-rata Usaha Tekstil Tradisional (Satu Faktor Produksi Variabel)
Dari table di atas , kita melihat bahwa produksi total (TP) pada awalnya meningkat dan mencapai maksimum (126 unit) pada saat jumlah buruh yang dipekerjakan tujuh orang. Tetapi setelah itu penambahan buruh justru menurunkan produksi total, karena produksi marjinal (MP) sudah negative. Bila melihat kolom MP, ternyata besarnya MP sangat mempengaruhi TP. Selama nilai MP>0, TP tetap bertambah. Sayangnya pertambahan MP juga mengalami penurunan (LDR). Besarnya nilai MP juga berpengaruh terhadap nilai produksi rata-rata (AP). Penambahan satu orang tenaga kerja akan memperbesar nilai AP selama nilai MP > nilai AP sebelumnya. Begitu juga sebaliknya. Hal ini terjadi pada saat penggunaan tenaga kerja antara 2-5 orang. Misalnya pada saat menambah buruh dari dua menjadi tiga orang, AP meningkat dari 10 unit menjadi 15 unit, karena MP sama dengan 25 unit. Bandingkan dengan saat tenaga kerja ditambah dari lima menjadi enam.
b. Tiga Tahap Produksi
Dari contoh kurva di atas menunjukkan ada tiga tahap penting dari gerakan perubahan nilai TP yang disebut dengan tiga tahap produksi (the three stages of production):
1. Tahap I (A) (stage I), sampai pada saat kondisi AP maksimum
Pada tahap 1, penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi total maupun produksi rata-rata. Karena itu hasil yang diperoleh dari tenaga kerja masih jauh lebih besar dari tambahan upah yang harus dibayarkan. Perusahaan rugi jika berhenti produksi pada tahap ini (slope kurva TP meningkat tajam).
2. Tahap II (B) (Stage II), antara AP maksimum sampai pada saat MP sama dengan nol.
Pada tahap II, karena berlakunya LDR, baik produksi marjinal maupun produksi rata-rata mengalami penurunan. Namun demikian nilai keduanya masih positif. Penambahan tenaga kerja akan tetap menambah produksi total sampai mencapai nilai maksimum (slope kurva TP datar sejajar dengan sumbu horizontal).
3. Tahap III (C) (stage III), saat MP sudah bernilai < nol (negative)
Pada tahap III, perusahaan tidak mungkin melanjutkan produksi, karena penambahan tenaga kerja justru menurunkan produksi total. Perusahaan akan mengalami kerugian (slope kurva TP negative).
Dengan demikian, perusahaan sebaiknya berproduksi di tahap II. Yang menjadi pertanyaan adalah dititik mana perusahaan berhenti menambah tenaga kerja? Secara matematis perusahaan akan berhenti menambah tenaga kerja pada saat tambahan biaya (marginal cost) yang harus dibayar adalah sama dengan tambahan pendapatan (marginal revenue) yang diterima. Jika tambahan biaya masih lebih kecil dari tambahan pendapatan, perusahaan akan menambah tenaga kerja. Begitu pula sebaliknya. Tambahan biaya dalam hal ini adalah upah (wage) tenaga kerja. Tambahan pendapatan adalah produksi marjinal dikalikan harga jual barang. Jika upah, dinotasikan sebagai W, sedangkan harga jual barang dinotasikan P, maka alokasi tenaga kerja (factor produksi) dianggap efisien bila :
W = MP (P)
Komentar
Posting Komentar